Wednesday, August 15, 2012

untuk Simbok dan Bapak


aku lupa pada selaksa makna kehidupan yang kau bisikkan ditelingaku.
aku terlarut pada kebisingan yang membuncah diantara getar-getar doa yang terlupakan.

simbok, kau yang menyisir rambutku, menyuapi dan memakaikan aku baju, kau yang mengajariku menjadi wanita yang kuat,sabar, dan punya harga diri tapi aku mengacuhkannya.


aku membedakimu dengan tai mbok.aku memakaikan gombal busuk dibadanmu.
bapak, aku lupa pada ajaran kasih,pengendalian nafsu,  aku lupa ritus-ritus yang harus kulakukan..
tengah malam aku terbangun melihat kau duduk bersila telanjang dada
kulihat sinar ungu diatas kepalamu pak, kau mendoa untukku. anak nakal yang lupa pada hakekat hidup.
aku tak bisa tidur lagi.. tapi aku pura-pura terpejam

aku menangis dalam mimpi.. mimpi yang muncul walaupun aku tidak tertidur.
aku terjaga dalam mata terpejam.  semua wajah-wajah yang kukenal hadir menemaniku, tanpa tahu aku ada disitu.
semua berlalu lalang, dengan tawa,tangis, kebencian, luka, dan semuanya..
aku mengamati. aku menangis. melihat sesosok lelaki yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi gelisahku.
simbahku Sudiro hadir disebelahku. simbah yang tak pernah nyata ku lihat wajahnya karena keterlambatanku hadir didunia, memangkuku dan membelai rambutku.
subuh,aku tersadar.

simbokku telah sibuk didapur. merebus air untuk teh bapak, dan air hangat untukku mandi pagi.
simbokku wanita yang tahu menempatkan kodratnya sebagai wanita.
tak pernah lalai membuatkan makanan yang selalu berganti menu pagi,siang,dan malam. walaupun ia juga harus bekerja. tak pernah ragu mencuci bajuku hingga pakaian dalamku dengan tangannya. yang dengan sabar melayaniku dari pagi sampai malam untuk mengambilkan dan menyiapkan apapun yang aku minta. aku memang keterlaluan, tak mau mengangkat bokongku dari atas kursi yang selalu kusebut kasur. tiba-tiba aku merasakan bunda theresia yang aku baca kisah-kisahnya melayani orang sakit dan sekarat tak sehebat simbokku. mungkin memang itu terlalu subjektif. tapi memang tiba-tiba aku menjadi orang yang subjektif.
ingin aku tiba-tiba mengucapkan maaf dan berterimakasih untuk simbok dan bapak, tapi aku selalu merasa mereka selalu memaafkan tanpa aku meminta..mereka tetap menyayangiku walaupun aku hanya kembali kerumah untuk minta uang dan minta makan.

apa yang bisa aku lakukan untuk kalian, simbok dan bapak?
aku ingin. ingin. aku tak ingin terlambat...........
semoga

No comments:

Post a Comment